PENGKODEAN DATA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Sistem Pengkodean Data
Sistem pengkodean data adalah Setiap data mempunyai kode yang berbeda satu sama lain. Kode berupa kumpulan simbol khusus yang digunakan untuk membentuk sebuah data. Sekumpulan symbol khusus yang digunakan untuk mewakili sebuah data atau kode data merupakan sekumpulan bilangan atau angka yang memiliki aturan tertentu. Sistem bilangan yang dipakai pada komputer adalah biner (2 simbol), octal (8 simbol), heksadesimal (16 simbol).
Dalam penyaluran data antar komputer, data yang disalurkan harus dimengerti oleh masing-masing perangkat baik oleh pengirim maupun penerima. Untuk itu digunakan system sandi sesuai standard. Suatu karakter didefinisikan sebagai huruf, angka,tanda aritmetik dan tanda khusus lainya. Karakter – karakter data yang akan dikirim dari satu titik ke titik lain, tidak dapat dikirimkan secara langsung. Sebelum dikirim karakter – karakter data tersebut harus dikodekan terlebih dahulu dengan kode – kode yang dikenal oleh terminal.
Tujuan dari sebuah pengkodean adalah menjadikan tiap karakter dalam sebuah informasi digital yaitu ke dalam bentuk biner untuk dapat ditransmisikan.
Sistem sandi yang umum dipakai atau Macam-Macam Kode :
a.       ASCII (American Standard Code for Information Interchange)
Paling banyak digunakan Merupakan sandi 7 bit, terdapat 128 macam simbol yang dapat diberi sandi ini untuk transmisi asinkron terdiri dari 10 atau 11 bit yaitu : 1 bit awal, 7 bit data, 1 bit paritas, 1 atau 2 bit akhir.
b.      Sandi Baudot Code (CCITT Alfabet No. 2 / Telex Code Terdiri dari 5 bit Terdapat 32 macam symbol Digunakan 2 sandi khusus sehingga semua abjad dan angka dapat diberi sandi yaitu LETTERS (11111) FIGURES (11011). Tiap karakter terdiri dari : 1 bit awal, 5 bit data dan 1,42 bit akhir.
c.       Sandi 4 atau 8 Sandi dari IBM dengan kombinasi yang diperbolehkan adalah 4 buah “1” dan 4 buah “0” Terdapat 70 karakter yang dapat diberi sandi
Transmisi asinkron membutuhkan bit, yaitu : 1 bit awal, 8 bit data dan 1 bit akhir.
d.      BCD (Binary Coded Decimal) Sandi 6 bit Terdapat 64 kombinasi sandi
Transmisi asinkron membutuhkan 9 bit, yaitu : 1 bit awal, 6 bit data, 1 bit paritas dan 1 bit akhir.
e.       EBCDIC (Extended Binary Coded Decimal Interchange Code) Sandi 8 bit untuk 256 karakter Transmisi asinkron membutuhkan 11 bit, yaitu : 1 bit awal, 8 bit data, 1 bit paritas dan 1 bit akhir.

Pengelompokkan karakter pada komunikasi data informasi yang dipertukarkan terdiri dari 2 grup (baik ASCII maupun EBCDIC), yaitu :
a.       Karakter data
b.      Karakter kendali
Digunakan untuk mengendalikan transmisi data, bentuk (format data), hubungan naluri data dan fungsi fisik terminal. Karakter Kendali dibedakan atas :
·         Transmisi Control
Mengendalikan data pada saluran, terdiri atas :
SOH : Start Of Header, digunakan sebagai karakter pertama yang menunjukkan bahwa karakteer berikutnya adalah header.
STX : Start of Text, digunakan untuk mengakhiri header dan menunjukkan awal dari informasi / text.
ETX : End of Text, digunakan untuk mengakhiri text.
EOT : End Of Transmision, untuk menyatakan bahwa transmisi dari text baik satu atau lebih telah berakhir.
ENQ : Enquiry, untuk meminta agar remote station tanggapan.
ACK : Acknowledge, untuk memberikan tanggapan positif ke pengirim dari penerima.
NAK : Negatif Akcnowkedge , merupakan tanggapan negatif dari penerima ke pengirim.
SYN : Synchronous, digunakan untuk transmisi sinkron dalam menjaga atau memperoleh sinkronisasi antar peralatan terminal.
ETB : End of Transmision Block, digunakan untuk menyatakan akhir dari blok data yang ditransmisikan, bila data dipecah menjadi beberapa blok.
DLE : Data Link Escape, mengubah arti karakter berikutnya, digunakan untuk lebih mengendalikan transmisi data.
Catatan : Header dapat berisi informasi tentang terminal, misalnya alamat, prioritas, tanggal. Tidak semua sistem menggunakan ETX sehingga dalam text harus ada informasi yang digunakan untuk merangkai berita.
·         Format Effectors
Digunakan untuk mengendalikan tata letak fisik informasi pada printout / tampilan layar.
BS (Back Space), menyebabkan kursor / print head mundur satu posisi.
HT (Horizontal Tabulation), maju ke posisi yang telah ditentukan.
LF (Line Feed), maju satu baris / spasi.
VT (Vertical Tabulation, maju beberapa baris / spasi.
FF (Form Feed), maju 1 halaman (halaman baru).
CR (Carriage Return), print head / kursor menuju ke awal baris
·         Device Control 
Digunakan untuk mengendalikan peralatan tambahan dari terminal.
·         Information Separators
Digunakan untuk mengelompokkan data secara logis. Umumnya ditentukan :
US (Unit Separators), tiap unit informasi dipisahkan oleh US
RS (Record Separator), tiap record terdiri atas beberapa unit dan dipisahkan oleh RS
GS (Group Separator), beberapa record membentuk suatu grup dan dipisahkan oleh GS
FS (File Separator),beberapa grup membentuk sebuah fike yang dipisahkan oleh FS

Metoda Pengkodean Ada Dua Sistem :
1.      Binary coding (Pengkodean Biner)
Dua ukuran bar dan space digunakan untuk meng-encode-kan data. Bar dan spasi dapat diubah ke dalam kode biner dengan mudah, yang kemudian diubah (menggunakan sebuah tabel) ke dalam karakter ASCII. 
2.      Proportional coding 
Ada beberapa ukuran yang berbeda pada bar dan space. Ukuran pada bar / space dan urutan dari bar dan space mendefinisikan karakter yang dipresentasikan. Kode tersebut lebih sulit dibaca (kemungkinan tidak mudah mentranslasikannya ke biner) dan diperlukan ketelitian yang lebih dalam mencetak dan men-scanning barcode. 
Pada umumnya ada 4 ukuran yang berbeda pada bar dan spasi yang digunakan untuk meng-encode-kan data. Contoh jenis barcode yang menggunakan teknik encoding ini adalah USS Code 128. 
Pengkodean data dalam sebuah barcode dilakukan sebagai berikut : 
 Sebuah fixed number pada bar digunakan per karakter. Hal ini berarti bahwa jika sebuah bar tidak terbaca, maka barcode tersebut tidak akan dapat dibaca. Jumlah karakter yang mungkin yang dapat di-encoded dalam beberapa jenis barcode lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah karakter yang valid. Hal ini berarti jika ukuran dari salah satu bar / space salah terbaca, maka karakter ilegal akan terbaca. Oleh karena itu, kecepatan substitusi karakter menjadi sangat rendah. Jadi, kesimpulannya barcode sangat aman. Kesalahan dalam pembacaan sangat tak mungkin.

B.     Penggunaan Sistem Pengkodean
Sejak ditemukannya radio maka penggunaannya semakin lama semakin banyak dan berbagai macam. Hal ini menimbulkan permasalahan yaitu padatnya jalur komunikasi yang menggunakan radio. Bisa dibayangkan jika pada suatu kota terdapat puluhan stasiun pemancar radio FM dengan bandwidth radio FM yang disediakan antara 88 MHz – 108 MHz. Tentunya ketika knob tunning diputar sedikit maka sudah ditemukan stasiun radio FM yang lain. Ini belum untuk yang lain seperti untuk para penggemar radio kontrol yang juga menggunakan jalur radio. Bahkan untuk pengontrollan pintu garasi juga menggunakan jalur radio. Jika kondisi ini tidak ada peraturannya maka akan terjadi tumpang tindih pada jalur radio tersebut.Alternatifnya yaitu dengan menggunakan cahaya sebagai media komunikasinya. Cahaya dimodulasi oleh sebuah sinyal carrier seperti halnya sinyal radio dapat membawa pesan data maupun perintah yang banyaknya hampir tidak terbatas dan sampai saat ini belum ada aturan yang membatasi penggunaan cahaya ini sebagai media komunikasi.
Spektrum Cahaya dan Respon Mata Manusia Pada dasarnya penggunaan modulasi cahaya penggunaannya tidak ada batasnya namun modulasinya harus menggunakan sinyal carrier yang frekuensinya harus sangat tinggi yaitu dalam orde ribuan megahertz. Biasanya modulasi dengan frekuensi carrier yang tinggi ini digunakan untuk madulasi sinar laser atau pada transmisi data yang menggunakan media fiberoptic sebagai media perantaranya. Untuk transmisi data yang menggunakan media udara sebagai media perantara biasanya menggunakan frekuensi carrier yang jau lebih rendah yaitu sekitar 30KHz sampai dengan 40KHz. Infra merah yang dipancarkan melalui udara ini paling efektif jika menggunakan sinyal carrier yang mempunyai frekuensi di atas. Cara Kerja Remote Infra Merah
Semua remote kontrol menggunakan transmisi sinyal infra merah yang dimodulasi dengan sinyal carrier dengan frekuensi tertentu yaitu pada frekuensi 30KHz sampai 40KHz. Sinyal yang dipancarkan oleh transmitter diteria oleh receiver infra merah dan kemudian didecodekan sebagai sebuah paket data biner.
Panjang sinyal data biner ini bervariasi antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain sehingga suatu remote kontrol hanya dapat digunakan untuk sebuah produk dari perusahaan yang sama dan pada tipe yang sama. Hal ini dapat dicontohkan pada remote TV SONY hanya bisa digunakan untuk remote VCD SONY dan sebaliknya tetapi tidak dapat digunakan untuk TV merek yang lain. Pada transmisi infra merah terdapat dua terminologi yang sangat penting yaitu : ‘space’ yang menyatakan tidak ada sinyal carrier dan ‘pulse’ yang menyatakan ada sinyal carrier. Pulse-Space Terminologi Pengkodean pada remote infra merah pada dasarnya ada tiga macam dan semuanya berdasarkan pada panjang jarak antar pulsa atau pergeseran urutan pulsa. Pulse-Width Coded Signal. Pada pengkodean ini panjang pulsa merupakan kode informasinya. Jika panjang pulsa ‘pendek’ (kira-kira 550us) maka dikatakan sebagai logika ‘L’ tetapi jika panjang pulsa ‘panjang’ (kira-kira 2200us) maka menyatakan logika ‘H’. Pulse Width Coded Signals
Space-Coded Signals. Pada pengkodean ini didasarkan pada panjang/pendek space. Jika panjang pulsa sekitar 550us atau kurang maka dinyatakan sebagai logika ‘L’ sedangkan jika panjang space lebih dari 1650us maka dinyatakan sebagai logika ‘H’. Space Width Coded Signal Shift Coded Signal. Pengkodean ini ditentukan pada urutan pulsa dan space. Pada saat ‘space’ pendek, kurang dari 550us dan ‘pulse’ panjang, lebih dari 1100us maka dinyatakan sebagai logika ‘H’. Tetapi sebaliknya jika ‘space’ panjang dan ‘pulse’ pendek maka dinyatakan sebagai logika ‘L’Shift Coded Signal Pengkodean ini merupakan hal yang sangat penting karena tanpa mengetahui sistem pengkodean pada sisi transmitter infra merah maka disisi receiver tidak bisa mendekodekan data/perintah apa yang dikirmkan. Selain itu didalam pengkodean ini perlu disisipkan suatu data yang dinamakan sebagai ‘device address’ sebelum data atau perintah. Device addres ini menyatakan nomor alamat peralatan jika terdapat lebih dari satu alat yang dapat dikendalikan oleh sebuah remote kontrol pada suatu area tertentuTransmitter Infra Merah
Infra merah dapat digunakan baik untuk memancarkan data maupun sinyal sura. Keduanya membutuhkan sinyal carrier untuk membawa sinyal data maupun sinyal suara tersebut hingga sampai pada receiver. Konverter Sinyal Suara Menjadi Frekuensi Untuk transmisi sinyal suara biasanya digunakan rangkaian voltage to frequency converter yang berfungsi untuk merubah tegangan sinyal suara menjadi frekuensi. Dan jika sinyal ini dimodulasikan sengan sinyal carrier maka akan menghasilkan suatu modulasi FM. Modulasi jenis ini lebih disukai karena paling kebal terhadap perubahan amplitudo sinyal apabila sinyal mengalami gangguan di udara.Untuk transmisi data biasanya sinyal ditransmisikan dalam bentuk pulsa-pulsa seperti telah dijelaskan di atas. Ketika sebuah tombol ditekan pada remote kontrol unti maka IR akan mentransmitkan sebuah sinyal yang akan dideteksi sebagai urutan data biner. Penerima Infra Merah Untuk aplikasi jarak jauh maka perlu adanya pengumpulan sinar termodulasi yang lemah. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan photodioda yang sudah mempunyai semacam lensa cembung yang akan mengumpulkan sinar termodulasi tersebut. Biasanya menggunakan lensa tambahan yang dinamakan dengan lensa FRESNEL yang terbuat dari bahan plastik dan kemudian diumpankan ke photodioda dengan jarak tertentu pada fokus lensa FRESNEL ini.Untuk aplikasi remote ontrol biasanya cukup menggunakan lensa yang dimiliki oleh photodioda/phototransistor dengan penguatan tertentu. Untuk penggunaan yang harus dapat menerima pancaran sinyal infra merah yang sudut datangnya besar maka harus menggunakan dua atau lebih photodioda. Photodioda yang baik adalah photodioda yang mampu mengumpulkan sinar termodulasi tepat pada wafer silikonnya dan hal inilah yang mempengaruhi kualitas photodioda/phototransistor yang dibeli di pasaran.Pada saat photodioda mendeteksi adanya sinar infra merah maka akan terdapat arus bocor sebesar 0.5 uA dan ini juga tergantung pada kekuatan sinar infra merah yang datang dan sudut datangnya.Kekuatan sinar dan sudut datang merupakan faktor penting dalam keberhasilan transmisi data melalui infra merah selain filter dan penguatan pada bagian receivernya. Dari sebuah pengkodean adalah menjadikan tiap karakter dalam sebuah informasi digital yaitu ke dalam bentuk biner untuk dapat ditransmisikan.



BAB II
PEMBAHASAN


Teknik Pengkodean Data
Teknik pengkodean murupakan hal yang sangat penting dalam komunikasi data karena pada proses inilah sinyal yang diubah kebentuk tertentu yang dimengerti oleh peralatan tertentu. Macam –macam teknik pengkodean adalah sebagai berikut :
a.       Data Digital, Sinyal Analog
Contoh umum transmisi data digital dengan sinyal analog adalah public telephon network. Perangkat yang dipakai adalah modem (modulator-deodulator) yang mengubah data digital kesinyal analog (modulator) dan sebaliknya mengubah sinyal anolog menjadi sinyal digital (demodulator).
Tiga teknik dasar penyedin atau modulasi untuk mengubah data digital menjadi sinyal analog :
1.        Amplitude-sift keying (ASK), dua biner diwakilkan dengan dua amplitude frekuensi pembawa yang berbeda.
2.        Frecuency-shift keying ,dua biner diwakili oleh dua frekuensi berbeda yang dekat dengan pembawa frekuensi.
3.        Phase-shift keying, biner 0 diwakilkan dengan mengirim sinyal dengan fase yang sama terhadap sinyal yang dikirim sebelumnya dan biner 1 diwakilkan dengan mengirim suatu sinyal dengan fase berlawanan dengan sinyal yang dikirim sebelumnya.

b.      Data Digital, Sinyal Digital
Data digital merupakan data yang memiliki sederetan nilai  yang berbeda dan memiliki ciri-ciri tertentu. Salah satu contoh data digital adalah teks, bilangan bulat dan berbagi karakter lain.
Istilah-istilah yang berhubungan erat dengan data digital dan sinyal digital adalah sebagai berikut:
1.      Elemen sinyal adalah tiap pulsa dari sinyal digital. Data biner ditransmisikan dengan meng-encode-kan tiap bit data menjadi elemen-elemen sinyal.
2.      Sinyal unipolar adalah semua elemen sinyal yang mempunyai tanda yang sama, yaitu positif semua atau negative semua.
3.      Sinyal polar adalah elemen-elemen sinyal dimana salah satu logic state-nya diwakili oleh level tegangan positif dan lainnya oleh level tegangan negatif.
4.      Durasi atau lebar suatu bit adalah waktu yang diperlukan oleh transmitter untuk memancarkan bit tertentu.
5.      Modulation ret adalah kecepatan dimana level sinyal berubah, dinyatakan dalam bauds atau elemen sinyal perdetik.
6.      Istilah mark dan space menyatakan digit biner ‘1’ dan ‘0’.
Terdapat tiga factor penentu keberhasilan interpretasi sinyal digital :
·         Rasio sinyal terhadap gangguan,
·         Data rate,
·         Bandwidth
Teknik pengkodean sinyal digital,dilakukan dengan rancangan sebagai berikut:
1.      Nonreturn to Zero-Level (NRZ-L).
2.      Nonreturn to Zero Inverted (NRZI).
3.      Bipolar-AMI.
4.      Pseudoternary.
5.      Manchester.
6.      Differential manchaster.
7.      B82Z
8.      HDB3.
c.       Data Analog,Sinyal Analog
Sinyal analog perlu dimodulasi karena frekuensi lebih tinggi akan menghasilkan transmisi yang lebih efesien. Frekuensi dapat di multiplexing.
Terdapat dua alas an tentang proses ini :
1.       Diperlukan frekuensi yang tinggi untuk transmisi yang efektif. Untuk transmisi tak tertuntun, hal ini tidak mungkin untuk mentransmisi sinyal baseband.
2.       Antenna yang diperlukan akan menjadi bebrapa kilometer diameternya. Modulasi mendukung frequency-division multiplexing.

Teknik modulasi mengunakan data analog :
1.      Amplitude modulation (AM)
2.       Frequency modulation (FM)
3.       Phase modulation (PM)



BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan

Pengkodean data adalah karakter-karakter data yang harus dikodekan terlebih dahulu dengan kode-kode yang dikenal oleh setiap terminal akan dikirim dari satu titik ke titik lain agar dapat mengirim data. Jenis-jenis pengkodean data ada beberapa macam diantaranya Kode tujuh bit yang dikenal dengan nama International Alphabet No 5 dari International Standard Organisation (ISO). Di Indonesia lebih di kenal dengan nama kode ASCII(American Standard Code for Information Exchange).
Kendali format (format control) merupakan karakter-karakter yang digunakan untuk mengendalikan format pengaturan posisi print head atau kursor sesuai dengan keinginan. Disini ada kendali format dan kendali piranti.

2.      Saran

Dengan adanya pengkodean data maka:
a.   Dengan adanya pengkodean data maka diharapkan dapat lebih memudahkan dalam mengirim data dari satu terminal ke terminal lain.
b.      Diharapkan dalam menggunakan kode data jangan disalah gunakan.
c.  Diharapkan pemanfaatan dari pengkodean data digunakan sebagaimana mestinya menurut fungsi dan tujuannya.




DAFTAR PUSTAKA

Sumber


Linna, A. (2013, Desember 16). Teknik Pengkodean Data. Retrieved from Komunikasi Data: http://ftkomelisasuryaningsih.blogspot.co.id/2013/12/teknik-pengkodean-data.html
Praviu. (2010, MARCH 29). PENGKODEAN DATA. Retrieved from PRAVIU: http://praviu.blogspot.co.id/2010/03/pengkodean-data.html








Jangan Lupa Subcribe, Klik Tombol Youtube

closeKawan Jangan Lupa Amal, Klik Iklannya
close